Sabtu, 17 Desember 2022


 Jurnal Refleksi Dwimingguan

MODUL 3.3 Pengelolaan Program Berdampak Pada Murid

Model yang akan dipakai adalah model 4F (Facts, Feelings, Findings, Future), model yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. Model ini jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia menjadi 4P (Peristiwa, Perasaan, Pembelajaran, dan Penerapan)

1. Facts (Peristiwa): Ceritakan pengalaman Anda mengikuti pembelajaran pada minggu ini atau pada saat menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Apa hal baik yang saya alami dalam proses tersebut? Ceritakan juga hambatan atau kesulitan Anda selama proses pembelajaran pada minggu ini? Apa yang saya lakukan dalam mengatasi kendala tersebut?

2. Feelings (Perasaan): Bagaimana perasaan Anda selama pembelajaran berlangsung? Apa yang saya rasakan ketika menerapkan aksi nyata ke dalam kelas? Ceritakan hal yang membuat Anda memiliki perasaan tersebut.

3. Findings (Pembelajaran): Pelajaran apa yang saya dapatkan dari proses ini? Apa hal baru yang saya ketahui mengenai diri saya setelah proses ini?

4. Future (Penerapan): Apa yang bisa saya lakukan dengan lebih baik jika saya melakukan hal serupa di masa depan? Apa aksi/tindakan yang akan saya lakukan setelah belajar dari peristiwa ini?

Fact (Peristiwa)

Modul 3.3 pengelolaan program berdampak pada murid, membahas tentang pengelolaan program yang dapat memunculkan kepemimpinan murid (Student Agency) dimana murid diharapkan mampu berperan sebagai pemimpin dalam pembelajarannya sendiri, murid diarahkan untuk dapat mengembangkan karakter kepemimpinannya melalui pembiasaan untuk memerdekakan mereka menyuarakan pendapat mereka, memilih pilihan yang mereka inginkan dan mengajak mereka bertanggung jawab atas pilihan mereka sebagai bentuk kepemilikan meraka. 

Aksi nyata yang saya lakukan di sekolah saya adalah berdasarkan salah satu aset sekolah saya yaitu dinding di lorong-lorong sekolah yang masih kosong dan kegiatan literasi yang tidak bervariasi serta monoton, maka saya berkonsultasi dengan kepala sekolah dan rekan guru dalam pemanfaatna dinding tersebut setelah itu saya melakukan survei kepada murid tentang kegiatan literasi di sekola, suara terbanyak menyebutkan bahwa kegiatan literasi tidak bervariatif dan monoton. Setelah melakukan survei saya melakukan diskusi bersama dengan perwakilan kelas untuk mendiskusikan tentang kegiatan literasi dan aset sekolah yang masih belum optimal, dari hasil diskusi dan melihat litelatur lainnya maka didapatkan ide untuk mengisi dinding yang kosong dengan majalah dinding agar kegiatan literasi pun menjadi bervariasi. Dari ide tersebut, kami merealisasikan dengan bersama-sama mewujudkan ide tersebut dengan memilih apa saja yang akan ditempelkan serta alat dan bahan yang diperlukan oleh mereka dalam membuatnya. Dari kegiatan tersebut terlihat tanggung jawab mereka dalam mewujudkannya dari mengumpulkan hasil karya teman-temannya, menyebarkan lembar surat yang akan ditempel, dan menghias dinding yang akan ditempelkan. 

Feeling (Perasaan)

Perasaan saya setelah mempelajari modul ini adalah saya takjub dengan diri saya sendiri yang mau bergerak untuk mewujudkan ide dalam mengoptimalkan salah satu aset sekolah. Selain itu saya juga merasa senang dengan mempelajari modul 3.3 yang mengubah mindset saya tentang bagaimana seharusnya murid diberikan kesempatan untuk mengembangkan kapasitasnya dalam mengelola pembelajarannya sendiri sehingga potensi kepemimpinan murid tersebut dapat tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik.  

Finding (Pembelajaran)

Pelajaran baru yang saya dapatkan setelah mempelajari modul 3.3 ini adalah pengelolaan program yang berdampak pada murid, kepemimpinan murid (Student Agency) dimana suara, pilihan dan kepemilikan yang harus dilibatkan dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada program sekolah. Dimodul ini juga dibahas tentang 7 karakteristik lingkungan yang menumbuhkan kepemimpinan murid. Sekolah diharapkan mampu menyediakan lingkungan yang sesuai untuk menumbuhkan kepemimpinan murid tersebut. 

Future (Penerapan) 

Tindak lanjut yang akan saya lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin untuk mengimplementasikan di sekolah, yang dimulai dari kelas saya sendiri untuk membuat program yang berdampak pada murid. Selain itu saya akan berbagi praktik baik dengan rekan sejawat di sekolah tentang pengelolaan program yang berdampak positif bagi murid. 

 

Jurnal Refleksi Dwimingguan ke-8 Modul 3.1 Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran


Pada jurnal refleksi dwimingguan ke-8 ini saya menggunakan model refleksi 5R. Model refleksi 5M diadaptasi dari model 5R (Bain, dkk, 2002, dalam Ryan & Ryan, 2013). 5M terdiri dari langkah-langkah berikut:

  1. Mendeskripsikan (Reporting): menceritakan ulang peristiwa yang terjadi
  2. Merespon (Responding): menjabarkan tanggapan yang diberikan dalam menghadapi peristiwa yang diceritakan, misalnya melalui pemberian opini, pertanyaan, ataupun tindakan yang diambil saat peristiwa berlangsung.
  3. Mengaitkan (Relating): menghubungkan kaitan antara peristiwa dengan pengetahuan, keterampilan, keyakinan atau informasi lain yang dimiliki.
  4. Menganalisis (Reasoning): menganalisis dengan detail mengapa peristiwa tersebut dapat terjadi, lalu mengambil beberapa perspektif lain, misalnya dari teori atau kejadian lain yang serupa, untuk mendukung analisis tersebut.
  5. Merancang ulang (Reconstructing): menuliskan rencana alternatif jika menghadapi kejadian serupa di masa mendatang.
Reporting

Kegiatan pembelajaran pada Pendidikan Guru Penggerak modul 3.1 Pengambilan keputusan sebagai pemimpim pembelajaran dilaksanakan secara daring melalui LMS. Pada tanggal 11 Oktober, CGP melakukan pretest paket modul 3 yang kemudian dilanjutkan dengan alur mulai dari diri, yang mana CGP melakukan studi kasus dan memberikan komentar pada hasil pemikiran dari CGP lainnya, nilai-nilai kebajikan yang ada di sekolah, refleksi pada pengalaman, tantangan dalam pengambilan keputusan dan harapan-harapan setelah mempelajari modul. Pada tanggal 11-13 Oktober dilaksanakan alur Eksplorasi konsep, dimana CGP belajar tentang konsep sekolah sebagai institusi moral, Dilema etika dan bujukan moral, dan prinsip pengambilan keputusan yang dilanjutkan dengan forum diskusi untuk menganalisis salah satu kasus dan CGP lainnya menanggapi. Alur Ruang kolaborasi dilaksanakan pada tanggal 14-15 Oktober, Pada kegiatan Ruang Kolaborasi, CGP berkolaborasi dengan CGP lainnya untuk memilih dan menganalisa sebuah kasus dilema etika. Alur selanjutnya yaitu  Demontrasi Kontekstual pada tanggal 17-18 Oktober, tugas kali ini adalah untuk mewawancarai 2 kepala sekolah mengenai pengambilan keputusan di sekolah. Alur selanjutnya yaitu Elaborasi konsep, yang dilaksanakan bersama dengan intruktur Nina Ratna Suminar, S.Sos.,M.Si. dan CGP lainnya pada tanggal 19 Oktober yang dilanjutkan dengan alur Koneksi Antarmateri pada tanggal 20 Oktober, dimana CGP, membuat rangkuman modul dan kaitannya dengan modul-modul lainnya yang dibuat dalam sebuah blog/google sites ataupun dalam sebuah video mengguanakan animasi sederhana seperti powtoon. Alur terkakhir yang kami lakukan adalah Aksi nyata dengan mempraktikan pengambilan keputusan di sekolah yang nantinya akan dibagikan sebuah forum di LMS. 

Responding 

Modul 3.1, memberikan saya pandangan yang baru tentang pengambilan keputusan yang sering diambil oleh pimpinan saya disekolah, bagaimana sudut pandang, akibat dari pengambilan keputusan dan rasa kasihan serta keadilan yang dipertimbangkan mereka saat mengambil keputusan. Selain itu dari alur demontrasi kontekstual, saya mendapatkan pandangan baru apa yang menjadi tantangan saat menjadi seorang pemimpin di sekolah baik di sekolah saya sendiri maupun di sekolah lainnya. Sekolah saya yang mayoritas berumur dibawah 50 tahun, sehingga tantangan bagi pemimpin saya lebih pada pendekatan secara personal dan pemanggilan langsung pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Sedangkan untuk kepala sekolah lainnya yang saya wawancara lebih memilih untuk melakukan pengamatan terlebih dahulu tanpa pemanggilan orang-orang yang terlibat. 

Relating 

Keterkaitan modul 3.1 dengan modul-modul sebelumnya adalah sebagai berikut

a. Modul 1.1
Peranan pendidik yang menuntun murid sesuai kodrat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai individu dan anggota masyarakat, dalam hal ini mendorong siswa berani mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi pemimpin dirinya dan mengambil keputusan yang matang dan bertanggungjawab untuk mengoptimalkan potensi diri mereka.
b. Modul 1.2
Nilai guru penggerak menghidupkan nilai diri guru itu sendiri untuk mampu menjadi dasar penentu kematangan dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid secara bertanggungjawab dan berbasis nilai-nilai kebajikan. Nilai guru penggerak antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
c. Modul 1.3
Sebagai pemimpin pembelajaran, kita diharapkan mampu mengambil keputusan membuat prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA sesuai visi misi sekolah.
d. Modul 1.4
Sebagai pemimpin pembelajaran dan penggerak komunitas praktisi, peran guru penggerak adalah mewujudkan budaya positif di sekolah yang tentunya melibatkan pengambilan keputusan untuk perwujudan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
e. Modul 2.1
Dalam pembelajaran, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat atau potensi anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakatnya. Sebagai seorang guru kita hendaknya mampu mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dengan bijaksana. Tujuan dari pengambilan keputusan adalah untuk memenuhi kebutuhan murid yang berbeda-beda melalui pengambilan keputusan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya.
f. Modul 2.2
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki saat mengambil sebuah keputusan. Nilai-nilai positif  dan kesadaran penuh dari seorang guru pun harus dipegang teguh dalam dirinya agar dapat mengelola aspek sosial emosionalnya sehingga guru memiliki rasa empati saat dihadapkan pada dilema etika dan dapat mengambil keputusan dengan bijak dan minim resiko. 
g. Modul 2.3
Guru sebagai pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 4 paradigma, 3  prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan  dan pengujian dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab. Melalui teknik coaching, guru dapat mengoptimalkan potensi rekan sejawat untuk mecari solusi atas masalahnya sendiri.

Reasoning 
Sebelum saya mempelajari modul 3.1 saya berpikir bahwa dalam pengambilan keputusan harus sesuai dengan peraturan yang berlaku tanpa harus melihat latar belakang masalah, ataupun faktor-faktor lainnya. Sekarang saya berpikir bahawa dalam pengambilan keputusan harus berdasarkan 
  • 3 unsur (berpihak pada anak, berdasarkan nilai kebajikan, universal dan bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dari keputusan yang diambil 
  • 4 paradigma dilema etika 
  • 9 konsep pengambilan dan pengujian keputusan 
  • 3 prinsip pengambilan keputusan 
Recontructing 
Tindak lanjut dari hasil reflektif saya adalah : 
  • membuat rencana tindak lanjut sebagai bentuk perbaikan dan aksi nyata dalam menerapkan pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai pemimpin
  • menggerakkan komunitas sekolah untuk bersama-sama mengembangkan dan mewujudkan visi sekolah yang berpihak pda murid dan berlandaskan nilai-nilai kebajikan universal 
  • menerapkan strategi pengambilan keputusan untuk mengihindar adanya pelanggaran kode etik dan konflik berkepentingan 
Sekian jurnal reflektif dwiminnguan modul 3.1 yang saya buat 
semoga tulisan reflektif ini dapat bermanfaat

Jumat, 16 Desember 2022

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik


 Jurnal refleksi dwimingguan kali ini saya menggunakan model refleksi Round Robin, Gaya Round Robin terdiri dari tiga tahapan refleksi yakni, 

  • Apa hal yang paling anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? mengapa anda merasa hal tersebut bisa membuat anda menguasainya ?
  • Apa hal yang belum anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? Apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?
  • Apa hal yang masih membingungkan Anda dari modul ini ? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan ?

Apa hal yang paling anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? mengapa anda merasa hal tersebut bisa membuat anda menguasainya ?
Hal yang sudah saya kuasai adalah membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya seperti mentoring, konseling, fasilitasi. Selain itu saya juga telah memahami paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan Alur TIRTA ketika melakukan cocahing. 
Paradigma berpikir coaching yang saya terapkan ketika saya melakukan coaching baik pada murid ataupun pada rekan sejawat adalah 
  1. fokus pada coachee/rekan yang dikembangkan 
  2. bersikap terbuka dan ingin tahu 
  3. memiliki kesadaran diri yang kuat 
  4. mampu melihat peluang baru dan masa depan 
Dan prinsip coaching juga saya terapkan adalah 
  • kemitraan 
  • proses kreatif 
  • memaksimalkan potensi 
Yang membuat saya merasa menguasainya adalah karena saya bisa menjawab analisis soal tentang perbedaan coaching dengan pengembangan diri lainnya. Kemudian saya juga melihat kembali video saya saat melakukan coaching bersama dengan rekan guru yang diobservasi oleh pengajar praktik saya. Menurut saya , saya telah memahami pradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan juga alur TIRTA. 

Apa hal yang belum anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? Apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?
Yang belum saya kuasai dalam modul 2.3 ini adalah salah satu dari kompetensi coaching yakni mengajukan pertanyaan berbobot. Pertanyaan berbobot yang diajukan oleh coach untuk coachee dapat menggali potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi dari permasalah yang dia temui selain itu dapat digunakan untuk menggali kemampuan/kekuatan yang diimiliki oleh murid kita. Selain kompetensi inti coaching, saya juga belum menguasai untuk menyelaraskan pemahaman supervisi akademik sejatinya adalah untuk membantu rekan sejawat menemukan solusi atas permasalahnnya bukan untuk menilai atau mencari kesalahan dari pembelajaran yang disupervisi. 
Yang akan saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempersiapkan pertanyaan sebelum melakuakan proses coaching dan juga dengan terus berlatih untuk memberikan pertanyaan berbobot misalnya saat kita mengajar ataupun saat mengobrol dengan teman sejawat. 
Melakukan sosialisai supervisi akademik dengan menggunakan teknik coaching dan membangun komunikasi dan koordinasi yang baik dengan rekan sejawat, sehingga supervisi tidak menjadi sesuatu yang menakutkan dan melelahkan.
 
Apa hal yang masih membingungkan Anda dari modul ini ? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan ?
Yang masih membuat bingung saat pelaksanaan praktik coaching adalah bagaimana cara untuk bisa menenggali potensi dan solusi pada coachee, karena terkadang percakapan saat proses coaching terjadi cukup lama dan panjang, namun coachee tidak kunjung memberikan tanggapan yang sesuai dan tak kunjung menemukan solusi pemecahan masalah padahal kita sebagai coach sudah berusaha sebaik mungkun untuk menuntun coachee agar mampu berpikir ke arah solusi pemecahan masalah sehingga saya akhirnya mengemukakan pendapat saya mengenai solusi dari permasalahan tersebut. 

Sekian jurnal refleksi dwimingguan modul 2.3, semoga tulisan reflektif ini dapat bermanfaat bagi pembaca. 

Senin, 07 November 2022

Koneksi Antar Materi Modul 3.1 (CGP Angkatan 5)

Rangkuman Koneksi Antar Materi - Modul 3.1

Pengambilan Keputusan Berbasis Nilai-nilai Kebajikan Sebagai Pemimpin

Assalamualaikum Wr Wb

Salam dan Bahagia Bapak Ibu Guru Hebat !

Sebelum saya menyampaikan koneksi antar materi, refleksi serta kesimpulan modul 3.1. Izinkan saya untuk memperkenalkan terlebih dahulu, nama saya Elga Syarah Azizah, saat ini saya mengajar kelas 4 SD di SDN Kamal 02 Pagi Jakarta Barat. Saat ini saya tengah menjalani Program Pendidikan Guru Penggerak angkatan 5 dan sudah berada di modul ke 8 dari 10 modul yaitu modul 3.1 tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan. 

Di kesempakan ini saya akan menyampaikan koneksi antar materi, refleksi serta kesimpulan modul 3.1 yang merupakan modul ke 8 dari 10 modul yang saya pelajari di program guru penggerak ini. Saya berharap tulisan reflektif tentang pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan dapat menginspirasi dan diimplentasikan bapak ibu guru dalam proses pengambilan keputusan pada setiap aktivitas kita sebagai pendidik secara bijaksana sesuai dengan nilai-nilai kebajikan universal, berpihak pada murid dan dapat dipertanggungjawabkan terutama saat kita dihadapkan dengan kasus-kasus baik itu bujukan moral ataupun dilema etika yang seringkali membuat kita berpikir lebih dalam untuk menentukan keputusan terbaik. 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Praptap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin 
Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka bisa mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pendidik disini berperan sebagai "pamong" dimana bertugas untuk mengamong dan menuntun agar dalam proses menebalkan laku dan kodrat alaminya, anak tidak kehilangan arah dan tidak membahayakan dirinya dan orang lain. Pratap Triloka yang disampaikan oleh Ki Hajar Dewantara adalah 1) Ing Ngarso Sung Tulodo (di depan memberi teladan), 2) Ing madya mangun karso (di tengah memberi/mebangun semangat) 3) Tut wuri handayani (dari belakang memberi dorongan). 

Secara konkret kegiatan menuntun murid dilakukan dengan Pratap Triloka yaitu :
Ing ngarso Sung Tulodo 
Dalam pengambilan keputusan, seorang guru harus menerapkan prinsip dan paradigma pengambilan keputusan yang tepat sehingga keputusan yang diambil dapat dijadikan teladan dan contoh baik bagi murid-muridnya. Dengan pengambilan keputusan yang tepat terutama dalam proses pembelajaran di kelas, maka akan mampu memberikan keteladanan kepada siswa dalam hal pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada keberhasilan proses belajar di kelas. 
Ing madya mangun 
Keputusan seorang pemimpin pembelajaran harus bisa memberikan semangat yang membangun bagi muridnya dalam proses pembelajaran dan menemukan potensi dalam dirinya sehingga dirinya mampu mencapai kemandirian dalam pembelajaran. 
Tut wuri handayani 
Keputusan yang diambil oleh seorang pemimpin pembelajaran harus memberikan dorongan bagi muridnya sehingga murid mampu mencapai keselamatan dan kebahagian yang sesuai dengan kodrat dan zamannya.

Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran di kelas terhadap proses pembelajaran haruslah keputusan yang berpihak pada murid dan memerdekakan murid agar berani mengambil keputusan-keputusan yang sesuai dengan pilihannya sendiri tanpa adanya paksaan dan tekanan dari manapun. Murid akan merasa nyaman dalam berkomunikasi menyampaikan ide dan pendapatnya serta menentukan keputusan yang bertanggung jawab untuk dirinya sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna bagi murid. 
  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan
Seperti pada modul 1.2 yang memuat tentang nilai dan peran guru penggerak. Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh seorang guru penggerak adalah mandiri, kolaboratif, reflektif, inovatif dan berpihak pada murid. Nilai-nilai tersebut yang akan membimbing dan mendorong pendidik untuk mengambil keputusan yang tepat dan benar, terutama dalam kondisi dimana kita berada diantara dua pilihan yang benar (dilema etika) ataupun dalam kondisi yang dihadapi pilihan benar lawan salah (bujukan moral). Nilai-nilai positif mengarahkan kita pada keputusan yang berpihak pada murid. 
  • Bagaimana nateri pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan coaching (bimbingan) yang diberikan pendampingatau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil ? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dala diri kita atas pengambilan keputusan tersebut ? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi 'coaching' yang telah dibahas pada sebelumnya. 
Salah satu tujuan dari kegiatan coaching adalah menggali lebih dalam potensi yang dimiliki oleh seorang murid. Proses coaching dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana aksi, dan TAnggung jawab) menjadi salah satu proses "menuntun" kemerdekaan belajar murid dalam mengenali permasalahan sekaligus mencari solusinya melalui optimalisasi potensi dan kekuatan pada diri murid. 

Dalam Prakteknya, coaching menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka dimana murid dapat mengeksplor potensi yang ada dalam dirinya sehingga mereka mampu mengambil keputusan dengan memilih sendiri solusi dari permasalahan yang dihadapinya. Proses coaching yang dialami murid dalam pembelajaran diharapkan dapat membantu murid untuk lebih yakin dengan ide dan gagasannya dalam pengambilan keputusan atas solusi suatu permasalahan atau dalam proses mencapai tujuan pembelajaran. 

Kegiatan coaching yang dilakukan oleh pengajar praktik dan fasilitator membantu saya untuk lebih reflektif kemampuan saya dalam membuat keputusan. Apakah keputusan itu sudah berpihak pada murid, sejalan dengan nilai-nilai kebajikan universal, keputusan yang diambil bermanfaat untuk banyak orang dan keputusan tersebut dapat dipertanggung jawabkan. 

Dengan komunikasi asertif yang dilakukan, proses coaching membantu saya dalam memahami 4 paradigma, 3 prisnip, dan 9 langkah pengujian keputusan dalam materi modul 3.1. Dalam pengambilan keputusan kita juga harus bersikap sebagai pendengar aktif, memberikan pertanyaan berbobot yang terbuka dan memberikan umpan balik kepada coachee. 
  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khusunya masalah dilema etika
Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dalam situasi dilema etika, diperlukannya 5 kompetensi sosial emosional yaitu kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan keputusan yang bertanggung jawab yang dilakukan dengan kesadaran penuh (mindfulness) terutama sadar akan berbagai pilihan dan konseskuensi dari keputusan yang diambilnya. Namun pengambilan keputusan hendaknya lebih berpihak pada murid, dimana kita harus lebih memahami kebutuhan belajar murid dan mampu mengelola kompetensi sosial dan emosionalnya. 
  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kemabali kepada nilai-nilai yang dianut pendidik
Sebagai seorang pemimpim pembelajaran, seorang pendidik harus mampu melihat permasalahan yang dihadapinya apakah permasalahan yang dihadapinnya termasuk pada dilema etika atau bujukan moral. Seorang pendidik menjunjung nilai-nilai moral, dimana dirinya tidak akan melawan pada moral dan hukum yang berlaku di masyarakat. ketika seorang guru dihadapkan pada situasi dilemastis dan masuk pada ranah moral dan etika, maka nilai-nilai yang guru yakinilah akan sangat berpengaruh pada pengambilan keputusan. 

Dengan nilai-nilai yang diyakini oleh pendidik baik itu inovatif, kolaboratif, mandiri, reflektif, dan berpihak pada murid, seorang pendidik dapat menuntun muridnya dalam menggali potensi dan kekuatan yang ada dalam diri muridnya untuk mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalahnya dengan efektif. 
  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan postif, kondusif, aman dan nyaman ?
Pengambilan keputusan yang tepat dan berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. Dapat dilakukan berdasarkan 4 paradigma, 3 prinsip dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang pertama yang dilakukan adalah dengan identifikasi kasus tersebut apakah termasuk pada dilema etika atau bujukan moral, siapa yang terlibat dalam kasus tersebut, mengumpulkan fakta yang relevan, pengujian benar atau salah, pengujian paradigma benar lawan benar, melakukan uji prinsip resolusi dan opsi trilema dan refleksikan kembali keputusan yang telah dibuat. Dengan melakukan 9 langkah tersebut maka keputusan diyakini akan mampu mengakomondasi semua  kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat. Pengambilan keputusan yang tepat akan memiliki dampak pada leingkungan kerja kita menjadi lebih positif, kondusif, aman, dan nyaman. 
  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini ? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan anda ?
Tantangan yang saya hadapi untuk dapat menjalakan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika adalah perbedaan perspektif. Dimana setiap orang jelas berbeda dalam memandang suatu masalah tersebut apalagi ini menyangkut benar lawan benar. Perubahan paradigma yang saya alami adalah saat menjalani pendidikan guru penggerak ini, banyak sekali pandangan dalam proses pembelajaran yang harus dirubah, mulai dari keberpihakan murid dalam pembelajaran, budaya positif, pembelajaran diferensiasi, dan pembelajaran sosial dan emosional. Namun disaat yang sama, perubahan paradigma belum terjadi di sekolah saya dan masih menganut sistem lama seperti berorientasi pada nilai, konsep hukuman yang masih berlaku, dan konsep supervisi yang masih menakutkan bagi guru-guru, sehingga hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi saya dalam mengimplementasikan paradigma-paradigma dalam pendidikan guru penggerak.
  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita ? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita berbeda-beda ?
Pengambilan keputusan yang kita lakukan sangat berpengaruh pada proses kegiatan pembelajaran. Dimana seorang guru harus menggali potensi dan memetakan kebutuhan belajar tiap murid dan memutuskan kegiatan pembelajaran seperti apa yang sesuai dengan kebutuhannya maka kita telah memenuhi kebutuhan belajar mereka sehingga mewujudkan kemerdekaan bagi murid dalam proses pembelajaran. 
  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan dan masa depan murid-muridnya ?
Sebagai pemimpin pembelajaran dengan  mengambil keputusan yang tepat dalam proses pembelajaran yang berpihak pada murid maka guru akan memetakan terlebih dahulu kebutuhan belajar muridnya, pada proses pembelajarannya, pusat pembelajarannya adalah murid itu sendiri, evaluasi pun dilakukan sesuai dengan kebutuhan murid sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih bermakna dan hasil dari pembelajaran dapat diimplementasikannya dalam kehidupan sehari-harinya dan dimasa yang akan datang. 
  • Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya ?
Pada modul 3.1 pengambilan keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan unviersal, melatih dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dimana dimasa depan CGP akan dihdapakan pada berbagai kasus yang beragam jenisnya baik itu dilema etika maupun bujukan moral. Diharapkan dengan mempelajari modul ini, kita dapat melatih kematang pribadi dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid secara bertanggung jawab. 
a. Modul 1.1
Peranan pendidik yang menuntun murid sesuai kodrat untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya sebagai individu dan anggota masyarakat, dalam hal ini mendorong siswa berani mewujudkan kepemimpinan murid, menjadi pemimpin dirinya dan mengambil keputusan yang matang dan bertanggungjawab untuk mengoptimalkan potensi diri mereka.
b. Modul 1.2
Nilai guru penggerak menghidupkan nilai diri guru itu sendiri untuk mampu menjadi dasar penentu kematangan dalam pengambilan keputusan yang berpihak pada murid secara bertanggungjawab dan berbasis nilai-nilai kebajikan. Nilai guru penggerak antara lain mandiri, reflektif, kolaboratif, inovatif dan berpihak pada murid.
c. Modul 1.3
Sebagai pemimpin pembelajaran, kita diharapkan mampu mengambil keputusan membuat prakarsa perubahan dengan tahapan BAGJA sesuai visi misi sekolah.
d. Modul 1.4
Sebagai pemimpin pembelajaran dan penggerak komunitas praktisi, peran guru penggerak adalah mewujudkan budaya positif di sekolah yang tentunya melibatkan pengambilan keputusan untuk perwujudan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).
e. Modul 2.1
Dalam pembelajaran, Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan bertujuan menuntun segala kodrat atau potensi anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tinginya, baik untuk dirinya sendiri maupun masyarakatnya. Sebagai seorang guru kita hendaknya mampu mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin pembelajaran dengan bijaksana. Tujuan dari pengambilan keputusan adalah untuk memenuhi kebutuhan murid yang berbeda-beda melalui pengambilan keputusan pembelajaran berdiferensiasi. Dalam melaksanakan proses pembelajaran, guru harus mampu melihat dan memahami kebutuhan belajar muridnya.
f. Modul 2.2
Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengelola kompetensi sosial dan emosional yang dimiliki saat mengambil sebuah keputusan. Nilai-nilai positif  dan kesadaran penuh dari seorang guru pun harus dipegang teguh dalam dirinya agar dapat mengelola aspek sosial emosionalnya sehingga guru memiliki rasa empati saat dihadapkan pada dilema etika dan dapat mengambil keputusan dengan bijak dan minim resiko. 
g. Modul 2.3
Guru sebagai pemimpin pembelajaran dengan menerapkan 4 paradigma, 3  prinsip dan 9 langkah dalam pengambilan keputusan  dan pengujian dapat membuat keputusan yang bertanggungjawab. Melalui teknik coaching, guru dapat mengoptimalkan potensi rekan sejawat untuk mecari solusi atas masalahnya sendiri.
  • Sejauh mana pemahaman anda tentang konsep-konsep yang telah anda pelajari di modul ini, yaitu dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut anda di luar dugaan ?
Dilema etika adalah suatu kondisi dimana ada dua nilai-nilai kebajikan universal yang sama-sama benar, namun saling bertentangan. Sedangkan bujukan moral merupakan situasi dimana seseorang harus membuat keputusan antara benar dan salah/ 
Paradigma dilema etika terdiri dari empat paradigma yakni, 
  1. individu lawan kelompok 
  2. rasa keadilan lawan rasa kasihan 
  3. kebenaran lawan kesetian 
  4. jangka pendek lawan jangka panjang 
3 prinsip pengambilan keputusan 
  1. berpikir berbasis hasil akhir 
  2. berpikir berbasis peraturan 
  3. berpikir berbasis rasa peduli 
9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan ;
  1. mengenal nilai-nilai yang saling bertentangan 
  2. menentukan siapa yang terlibat 
  3. kumpulkan fakta yang yang relevan 
  4. pengujian benar dan salah 
  5. pengujian paradigma benar lawan benar
  6. prinsip resolusi 
  7. investigasi opsi trilema 
  8. buat keputusan 
  9. lihat lagi keputusan dan refleksikan 
  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema ? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang anda pelajari di modul ini ?
Sebelum mempelajari modul ini, saya pernah menerapkan pengambilan keputusan dalam situasi dilema etika. Dimana saya mengambil keputusan hanya melihat dari satu sisi saja tanpa mempertimbangkan hal lainnya dan cenderung hanya melihat peraturan yang berlaku sehingga keputusan yang saya ambil sangat jauh dari kata ideal, bijaksana dan menimbulkan rasa kurang nyaman bagi pihak lain karena keputusan yang dihasilkan tanpa adanya pertimbangan terlebih dahulu. 
  • Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat anda, perubahan apa yang terjadi pada cara anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini ?
Setelah mempelajari modul ini, terjadinya perubahan pola pikir dan aksi. Sebelum mengikuti pembelajaran modul ini, saya melihat kasus hanya dari satu sisi saja tidak mempertimbangkan aspek lain baik itu rasa peduli dan empati pada pihak-pihak yang terlibat. Setelah saya mengikuti pembelajaran modul ini, saya menjadi mengenal istilah dilema etika dan bujukan moral serta cara pengambilan keputusan yang bertanggung jawab dengan melihat dari 4 paradigma, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengujian dan pengambilan keputusan 
  • Seberapa penting mempelajari modul ini bagi anda sebagai seorang individu dan anda sebagai seorang pemimpin ?
Sangat penting, karena baik di kehidupan pribadi maupun sebagai pemimpin kita pasti dihadapkan pada berbagai jenis kasus baik itu dilema etika maupun bujukan moral, dengan mempelajari modul ini, saya menjadi tahu langkah yang dapat saya ambil saat diharuskan untuk mengambil keputusan yang bertanggungjawab dan dapat membuat nyaman semua pihak yang terlibat dalam permasalahan-permasalahan tersebut. 

Demikian hasil rangkuman koneksi antar materi sekaligus refleksi saya terhadap modul 3.1 
semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat bagi Bapak Ibu guru hebat 
kita pasti bisa melewatinya dan semangat selalu dalam mengimplementasikannya 
kritik, saran, dan komentar yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan ke depannya 
Terimakasih 
Wassalamualaikum wr wb 

Jumat, 04 November 2022

Koneksi Antar Materi 2.1 ( Memenuhi Kebutuhan Belajar Murid Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi)

Nama : Elga Syarah Azizah

CGP angkatan 5 

DKI Jakarta 

    Pengertian pembelajaran berdiferensiasi merupakan usaha menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan individu. Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Pembelajaran berdiferensiasi dapat diterapkan dikelas dapat dimulai dari 

  1. Menentukan tujuan pembelajaran
  2. Menganalisis kebutuhan belajar dengan melakukan assement diagnostik (kognitif dan non kognitif) berdasarkan 3 aspek (Kesiapan belajar murid, minat murid dan profil belajar murid), 
  3. Menganalisis penerapan 3 strategi diferensiasi (konten, proses, dan produk) 
  4. Mengimplementasikan rencana pembelajaran berdiferensi dalam konteks pembelajaran di kelas 
  5. Melakukan assement pembelajaran yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan kebutuhan murid.
    Pembelajaran berdiferensiasi dapat memenuhi kebutuhan belajar murid dan membantu mencapai hasil belajar yang optimal, karena diawal pembelajaran guru memetakan kebutuhan murid berdasarkan tiga aspek yakni kesiapan belajar, minat belajar, dan profil belajar murid. Kesiapan murid, guru perlu melakukan assement di awal pembelajaran yang berguna untuk menilai kesiapan murid dalam mempelajari materi, konsep atau keterampilan baru. Minat belajar, dalam aspek ini guru dapat meberikan pilihan kepada muridnya untuk belajar sesuai dengan minatnya. Misalnya siswa dapat memilih cerita yang sesuai dengan genre kesukaannya. Dan aspek terakhir adalah profil belajar, dimana guru memfasilitasi murid untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya, kecerdasan majemuknya, pengaruh budaya, dan lingkungannya. 
    Pada pembelajaran berdiferensiasi dapat menggunakan tiga strategi pembelajaran yang menyesuaikan dengan hasil pemetaan siswa berdasarkan kesiapan belajar, minat dan profil belajar siswa. Adapun ketiga strategi tersebut. 
  1. Diferensiasi konten, pada strategi ini guru dapat menyesuaikan materi/konten pembelajaran yang beragam menyesuaikan pada pemetaan kebutuhan belajar murid. 
  2. diferensiasi proses, guru memvariasikan proses belajar sehingga dapat menyesuaikan kebutuhan belajar murid yang sudah dipetakan oleh guru
  3. diferensiasi produk, guru membedakan  produk hasil belajar murid menyesuaikan dengan hasil pemetaan kebutuhan belajar murid. 
Koneksi antar materi pembelajaran berdiferensiasi dengan modul lain di pendidikan guru penggerak. 
  1. Modul 1 Filosofi Ki Hajar Dewantara dan Pembelajaran Berdiferensiasi, Menurut Ki Hajar Dewantara tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagian setinggi-tingginya. Tugas kita sebagai guru adalah menyediakan lingkungan belajar yang memungkinkan setiap anak untuk dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal sesuai dengan kodratnya masing-masing, dan memastikan bahwa dalam prosesnya anak-anak merasa bahagia kaitannya dengan pembelajaran diferensiasi adalah dalam prosesnya pembelajaran diferensiasi menyediakan proses pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan siswa seperti kesiapan belajar siswa, minta belajar dan profil belajar siswa, sehingga pembelajaran berdiferensiasi dapat mewujudkan pembelajaran yang berpihak pada murid.
  2. Modul 1.2 Nilai dan Peran Guru Penggerak dan Pembelajaran Berdiferensiasi, dalam memetakan kebutuhan belajar murid dibutuhkan guru yang memiliki nilai-nilai reflektif terhadap proses pembelajaran yang sudah dilakukan bersama murid. Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang menyesuaikan dengan kebutuhan belajar siswa sehingga pembelajaran bisa berpihak pada murid dimana hal ini sesuai dengan salah satu nilai yakni berpihak pada murid.   
  3. Modul 1.3 Visi Guru Penggerak, Salah satu visi dari guru penggerak adalah mewujudkan proses pembelajaran yang berpihak pada murid, dimana semua kebutuhan belajar murid dapat terpenuhi sehingga mereka bisa mencapai kodratnya sebagai anak. Dalam visi seperti ini kita bisa memakai menggunakan pendekatan BAGJA guna menemukan kekuatan/kelebihan yang ada pada murid. Hal ini sudah tercermin dalam pembelajaran diferensiasi dimana guru akan memetakan kebutuhan setiap murid sesuai dengan kebutuhan belajar kemudian menggunakan salah satu ataupun semuanya dari strategi diferensiasi. Baik itu diferensiasi konten, diferensiasi proses dan diferensiasi produk.  
  4. Modul 1.4 Budaya positif, kaitan dengan budaya positif adalah penerapan pembelajaran diferensiasi di sekolah ataupun di kelas akan membantu terwujudnya budaya positif. Dengan menggunakan pembelajaran diferensiasi, membantu murid untuk merasa dihargai dan memiliki keterkaitan antara dirinya dengan guru dan teman di kelas sehingga murid merasa dirinya menjadi bagian dari sekolah dan kelasnya.
         



























Rabu, 04 November 2020

Materi Faktor Prima Kelas IV

 Bilangan prima adalah bilangan yang hanya memiliki 2 faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri 

Contoh bilangan Prima : 

1,2,3,5,7,11,17,19,23,29,31, dan seterusnya.

Hari ini kita akan belajar mengenai faktor bilangan prima 

contoh soal 

1. Faktor prima dari bilangan 84 adalah ....

Jawaban :

Pertama buat dulu pohon faktor dari 84 


dari pohon faktor di atas sudah dapat ditentukan faktor prima dari 84 adalah 2, 3 dan 7

Ingat sebelah kiri garis diisi dengan bilangan prima ! dan angka 1 tidak masuk ke dalam pohon faktor

Senin, 02 November 2020

Faktorisasi Prima (Materi Matematika 3 November 2020)

Masih ingatkah kamu mengenai bilangan prima ?

Bilangan prima adalah bilangan yang memiliki 2 faktor yaitu 1 dan bilangan itu sendiri 

contohnya 2,3,5,7,11,17,19, dll

Sekarang perhatikan cara menentukan bilangang pangkat pada faktorisasi bilangan prima 

contoh soal 

Tentukan bilangan pengganti n yang tepat

Cara Pengerjaan :

Pertama 

Buatlah pohon faktor dari bilangan 72 

Pada bilangan yang ada di dalam lingkaran diisi dengan bilangan prima !

Kedua 

Dari pohon faktor buatlah faktorisasi primanya yaitu 

2 x 2 x 2 x 3 x 3 

maka faktorisasinya  

Karena bilangan  2-nya ada 3 maka 2 pangkat 3 dan bilangan 3 ada 2 maka 3 pangkat 2

jadi n = 3 dan 2