Sabtu, 31 Desember 2011

meningkatkan kemampuan berbahasa melalui cerita

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Anak usia sekolah dasar pada umumnya menyukai dongeng ataupun cerita, baik cerita dalam buku maupun cerita yang diceritakan oleh orang lain. Bercerita merupakan salah satu metode yang tepat dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak. “Melalui bercerita kemampuan berbahasa siswa akan terlihat. Bahkan tidak hanya bahasa namun juga ekspresi dan keterampilan gerak akan terkembangkan bersama cerita.” (Djuanda : 2008 :87). Kemampuan berbicara setiap anak berbeda-beda, hal ini menuntut keahlian seorang guru dalam melatih siswanya dengan sebaik mungkin. Maka dari itu kami akan memaparkan  tentang Meningkatkan Kemampuan Berbicara Siswa Lewat Bercerita. Berbicara mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, karena berbicara merupakan alat komunikasi. Peningkatan kemampuan berbahasa lisan tersebut dimaksudkan agar anak-anak sekolah dasar mampu memahami pembicaraan orang lain.
B.       Rumusan Massalah
Ruang lingkup masalah yang akan dibahas dalam makalah ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah yang dimaksud dengan berbicara ?
2. Apakah yang dimaksud dengan bercerita ?
3. Bagaimanakan meningkatkan kemampuan berbicara melalui bercerita ?

C.      Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.     Mengetahui pengertian berbicara.
2.     Mengetahui pengertian bercerita.
3.     Mengetahui cara meningkatkan kemampuan berbicara melalui bercerita.

BAB II

PEMBAHASAN

A.       Berbicara
            Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari berbicara, karena dengan berbicara kita dapat menyampaikan ide, isi hati, maksud kepada orang lain sehingga orang lain dapat memahami apa yang kita sampaikan, hal ini tercantum dalam buku Depdikbud tahun 1984/1985. Adapun pengertian berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149), berbicara merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sedangkan menurut H.G. Tarigan (1998:15),berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan.
Dalam proses belajar di sekolah, anak-anak mengembangkan kemampuan secara vertikal tidak secara horizontal. Maksudnya, mereka sudah dapat mengungkapkan pesan secara lengkap meskipun belum sempurna. Makin lama kemampuan tersebut menjadi semakin sempurna dalam arti strukturnya menjadi benar,pilihan katanya semaki tepat, kalimat-kalimatnya semakin bervariasi, dsb. Dengan kata lain perkembangan tersebut tidak secara horizontal mulai dari fonem, kata, frase, kalimat, dan wacana seperti halnya jenis tataran linguistik. (Ahmad Rofi’udin, Darmiyati Zuhud.1999:11).
1.   Berbicara adalah dua kegiatan resiprokal. Berbicara dan menyimak dua kegiatan yang berbeda namun tak dapat dipisahkan.
2.   Berbicara adalah proses individu berkomunikasi. Berbicara ada kalanya digunakan sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungannya.
3.   Berbicara adalah ekspresi yang kreatif. Melalui berbicara kreatif, manusia melakukan tidak sekedar menyatakan ide, tetapi juga memanifestasikan kepribadiannya.
4.   Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari. Berbicara sebagai tingkah laku, sudah dipelajari oleh siswa di lingkungan keluarga, tetangga dan lingkungan lainnyaseputar tempat siswa itu hidup.
5.   Berbicara adalah pancaran kepribadian. Salah satu aspek yang dapat dijadikan acuan kepribadian adalah bagaimana seseorang itu berbicara. Berbicara pada hakikatnya melukiskan apa yang ada dalam hati, pikiran,perasaan,keinginan,idenya dan lain-lain.(Djuanda :2008 :87)
                                                           
Adapun tujuan berbicara adalah untuk berkomunikasi agar dapat menyampaikan maksud kepada orang lain, baik itu untuk menghibur, menginformasikan, meyakinkan dan lain-lain. Karena itu berbicara merupakan kebutuhan pokok yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Anak dengan kemampuan berbicara yang baik cenderung akan mudah bergaul dengan orang lain. Tujuan utama pembelajaran bicara di Sekolah Dasar adalah untuk melatih siswa agar bisa berbicara dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar
B.       Bercerita
            Bercerita merupakan salah satu bentuk dari kegiatan berbicara, seorang guru memberikan atau menyajikan sebuah cerita dengan teknik bercerita, kemudian guru meminta siswanya bercerita mengenai cerita yang telah diberikan oleh gurunya.
            Alasan mengapa menggunakan cerita dalam meningkatkan kemampuan berbicara, karena anak menyukai cerita, cerita dapat memberi kesempatan pada anak untuk benar-benar menggunakan bahasa yang sebenarnya. Anak mendengarkan cerita karena mereka menginginkannya bukan karena paksaan, pemikiran beberapa ahli bahasa seperti Brewster, Rixon, Halliwel, Pedersen, Stocdale dll dalam buku Teaching English to Young Leaners.
Menceritakan cerita (telling story) bukanlah “ membacakan cerita tanpa melihat buku “, artinya guru tidak menghapal cerita dan menyampaikan secara sederhana kepada siswa, melainkan guru harus mengetahi cerita tersebut secara baik sehingga saat ia menceritakannya kepada siswa, cerita tersebut terlihat hidup, nyata, dan seakan dapat dilihat dan dibayangkan oleh siswa. Jika hal ini terjadi, maka sipendengar seakan-akan terlibat masuk kedalam cerita tersebut.(Diah Gusrayani,2010:154)
 Dalam bercerita ada langkah-langkah yang harus diperhatikan misalnya :
1.     Memilih sebuah cerita. Dalam memilih sebuah cerita hal yang paling penting adalah memilih cerita harus menarik.
2.     Menyiapkan diri untuk bercerita. Anak-anak diharuskan membaca dua kali atau lebih cerita yang akan dibacakan agar memahami isi dari cerita, sehingga dalam membacakan cerita di depan kelas anak dapat menceritakannya secara sistimatis.
3.     Property dalam bercerita. Agar cerita yang akan dibacaan anak dapat menarik, hendaknya anak dapat menggunakan beberapa teknik, salah satunya yaitu dengan menggunakan gambar, boneka, maupun barang-barang yang dapat menunjang cerita.
4.     Bercerita. Agar kegiatan bercerita dapat berjalan secara efisien, bercerita dapat dilakukan dalam kelompok-kelompok kecil.
            Dalam bercerita memerlukan kemampuan berbicara apalagi menceritakan sesuatu di depan umum. Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan suatu kisah yang telah terjadi baik kejadian yang benar-benar terjadi maupun kejadian hasil rekayasa. Dalam bercerita memerlukan suatu metode yang tepat agar mencapai tujuan dalam pembelajaran, dalam hal ini yaitu berbicara.
Agar siswa menyukai cerita atau dongeng yang diceeritakan, dibutuhkan kemampuan guru untuk bercerita dengan baik misalnya intonasi yang tepat, ekspresi dalam bercerita, gestur tubuh pencerita,lafal maupun suara, di samping keenam kemampuan yang tadi, sistematikan atau alur ceritapun harus diperhatikan sehingga siswa dapat mengerti dan menyukai cerita yang dibacakan oleh guru.
Komponen-komponen bercerita adalah dalam bercerita harus memiliki sebuah
 1. tema, karena tema dalam sebuah cerita menjadi dasar bagi berkembangnya cerita.
 2. Latar dalam sebuah cerita merupakan tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial yang yang terjadi dalam cerita.
3. Tokoh yang hadir dalam cerita sebagai pembawa pesan yang ingin disampaikan oleh pencerita kepada pendengar.
4. Alur merupakan rangkaian kejadian yang dihubungkan secara sebab akibat.
C.  Meningkatkan kemampuan berbicara melalui cerita                         
            Dalam kehidupan sehari-hari siswa dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya, guru dapat menggunakan metode bercerita dalam proses pembelajarannya. Karena dalam bercerita siswa dapat mengekspresikan diri sehingga secara langsung dapat melatih kemampuan berbahasanya.
            Dalam bercerita metode bercerita sangat penting peranannya, karena metode merupakan cara dalam mencapai tuuan dalam pembelajaran.
            Menurut Masitoh (2008:103), kemampuan guru dalam bercerita harus didukung dengan cerita yang baik pula yaitu dengan criteria:
1.     Dalam sebuah cerita, cerita harus dapat menarik dan memihak perhatian guru itu sendiri.
2.     Dalam sebuah cerita, cerita harus disesuaikan dengan kepribadian anak, gaya, dan bakat anak.
3.     Dalam cerita, cerita itu harus sesuai dengan tingkat usia dan anak mampu memahami isi cerita.
Dalam bercerita ada langkah-langkah yang harus ditempuh agar pembelajaran keterampilan berbicara dapat berjalan dengan baik, yaitu:
1.     Sebelum memulai bercerita, guru sebelumnya menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan di ajarkan.
2.     Setelah itu guru menceritakan cerita di depan siswa dengan cerita yang menarik tentunya. Misalnya dongeng.
3.     Setelah mendengarkan cerita yang di ceritakan oleh guru, anak diberi sebuah cerita dan diminta menceritakan cerita itu di depan kelas. Namun, jika harus mendemonstrasikannya pada saat itu juga anak dapat memilih sendiri cerita yang dianggap oleh anak menarik.
4.     Agar semua siswa mendapat giliran, proses penunjukan dapat dilakukan dengan cara mengundi maupun sesuai absen.
5.     Setelah anak sudah bercerita di depan kelas, guru melakukan penilaian dan evaluasi di akhir pembelajaran.
 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan mengenai pengertian berbicara menurut para ahli seperti Djago Tarigan (1990:149), berbicara merupakan keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Sedangkan menurut H.G. Tarigan (1998:15),berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,gagasan dan perasaan.
Bercerita merupakan kegiatan menyampaikan suatu kisah yang telah terjadi baik kejadian yang benar-benar terjadi maupun kejadian hasil rekayasa. Dalam bercerita memerlukan suatu metode yang tepat agar mencapai tujuan dalam pembelajaran, dalam hal ini yaitu berbicara.    
            Dalam kehidupan sehari-hari siswa dihadapkan dengan berbagai kegiatan yang menuntut keterampilan berbicara. Agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berbicaranya, guru dapat menggunakan metode bercerita dalam proses pembelajarannya. Karena dalam bercerita siswa dapat mengekspresikan diri sehingga secara langsung dapat melatih kemampuan berbahasanya.
Saran
            Sebagai calon guru yang baik, mengajarakan berbicara melalui metode berrcerita merupakan salah satu metode yang tepat. Namun keberhasilan pembelajarannya ssangat ditentukan bagaimana cara guru dalam bercerita. Disarankan cerita yang akan diceritakan merupakan cerita atau dongeng yang menarik. Ketika bercerita harus memperhatika baik itu intonasi, lafal, runtutan cerita, dan penyampaian yang ekspresif.

daftar pustaka
 
Djuanda, Dadan. 2008. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia di  Sekolah Dasar. Bandung : Pustaka Latifah.
Rofi’udin, Ahmad dan Zuhdi, Darmiyati. 1999. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Jakarta : Depdikbud







           
           

Rabu, 28 Desember 2011

Lapisan Bumi

Bumi merupakan planet ke-3 yang terdekat dari matahari. Planet ini merupan planet yang "pas" untuk menjadi tempat hidup mahluk hidup. hal ini didukung oleh lapisan-lapiasn bumi yang mendukung untuk menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya mahluk hidup. bagian-bagian atau lapsan-lapisan yang mennyelimuti bumu yaitu : kerak bumi, mantel luar, mantel dalam, inti luar serta inti dalam.
1. Inti Bumi
Inti bumi merupakan bagian terdalam dari bumi. Inti bumi tersusun dari bahan-bahan yang mapat. Bahan-bahan sebagian besar komponennya (sekitar 80 %) merupakan campuran dari nikel dan besi serta unsur-unsur lainnya yang lebih ringan. selanjutnya para ahli mengemukakan bahwa inti bumi terbagi menjadi dua bagian yaitu inti dalam dan inti luar. Inti dalam bumi tidak bersifat magnet karena terlalu panas. hal ini sejalan dengan sifat magnet, bahwa kemagnetan suatu benda akan hilang apabila terus dipukul-pukul atau dibakar. Sebaliknya inti luar bumi dapat bersifat kemagnetan, karena suhunya lebih rendah. Oleh sebab itu inti bumi berfungsi menstabilkan bumi dari pengaruh kemagnetan yang ditimbulkan oleh inti luar bumi. hasil dari suatu penelitian oleh para ahli dapat diketahui bahwa inti bumi dapat berotasi dengan kelajuan 0,3derajat- 0,5 derajat relatif terhadap rotasi yang dilakukan oleh permukaan bumi. 
2. Mantel Bumi 
Istilah mantel yang ada dalam bumi merupakan lapisan yang terletak antara kerak bumi dan inti bumi. Bahan penyusun lapisan mantel ini sebagian besar besi silikat dan magnesium.Para ahli membagi lapisan mantel menjadi dua bagian yaitu mantel dalam dan mantel luar. Mantel dalam berada pada kedalaman 2200 km, sedangkan mantel luar terdapat pada kedalaman 600 km dari permukaan bumi. menurut para ahli tekanan pada bagian bawah mantel mencapai 1,4 juta atmosfer. Hal ini menyebabkan bahan-bahan silikat yang menyusun bagian ini akan mengalami konveksi dalam jangka waktu sangat panjang. Gejala ini akan muncul pada saat pergerakan lempengan tektonik.
3. Kerak Bumi
Kerak bumi merupakan lapisan paling atas dari bumi dengan ketebalan bervariasi mulai dari 7 km sampai dengan 70 km dengan kerapatan 3,3 g / cm3. Kerak bumi yang tipis merupakan kerak bumi samudera sedangkan kerak yang tebal merupakan kerak benua. Kerak samudera tersusun oleh batuan silikat besi dan magnesium, sedangkan kerak benua tersusun oleh silikat natrium, kalium, almunium. sampai kedalaman 100 km, lapisan kerak bumi dan lapisan bawahnya yang merupakan bagian teratas dari selubung adalah lapisan litosfir. 
4. Atmosfir 
Lapisan atmosfir tersusun dari campuran berbagai macam gas, debu, serta uap air. Gas-gas penyusun atmosfir antara lain nitrogen, oksigen, karbon dioksida, argon, serta gas-gas lainnya. Lapisan atmosfir  terdapat pada ketinggian 0 km di atas permukaan bumi dan 800 km di atas permukaan bumi. Lapisan atmosfir memiliki peranan sebagai penjaga kestabilan suhu pada waktu siang dan malam hari

daftar pustaka