Jumat, 16 Desember 2022

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik


 Jurnal refleksi dwimingguan kali ini saya menggunakan model refleksi Round Robin, Gaya Round Robin terdiri dari tiga tahapan refleksi yakni, 

  • Apa hal yang paling anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? mengapa anda merasa hal tersebut bisa membuat anda menguasainya ?
  • Apa hal yang belum anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? Apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?
  • Apa hal yang masih membingungkan Anda dari modul ini ? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan ?

Apa hal yang paling anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? mengapa anda merasa hal tersebut bisa membuat anda menguasainya ?
Hal yang sudah saya kuasai adalah membedakan coaching dengan pengembangan diri lainnya seperti mentoring, konseling, fasilitasi. Selain itu saya juga telah memahami paradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan Alur TIRTA ketika melakukan cocahing. 
Paradigma berpikir coaching yang saya terapkan ketika saya melakukan coaching baik pada murid ataupun pada rekan sejawat adalah 
  1. fokus pada coachee/rekan yang dikembangkan 
  2. bersikap terbuka dan ingin tahu 
  3. memiliki kesadaran diri yang kuat 
  4. mampu melihat peluang baru dan masa depan 
Dan prinsip coaching juga saya terapkan adalah 
  • kemitraan 
  • proses kreatif 
  • memaksimalkan potensi 
Yang membuat saya merasa menguasainya adalah karena saya bisa menjawab analisis soal tentang perbedaan coaching dengan pengembangan diri lainnya. Kemudian saya juga melihat kembali video saya saat melakukan coaching bersama dengan rekan guru yang diobservasi oleh pengajar praktik saya. Menurut saya , saya telah memahami pradigma berpikir dan prinsip coaching, kompetensi inti coaching dan juga alur TIRTA. 

Apa hal yang belum anda kuasai setelah mempelajari modul ini ? Apa yang akan anda lakukan untuk mengatasi hal tersebut ?
Yang belum saya kuasai dalam modul 2.3 ini adalah salah satu dari kompetensi coaching yakni mengajukan pertanyaan berbobot. Pertanyaan berbobot yang diajukan oleh coach untuk coachee dapat menggali potensi yang dimiliki oleh coachee dalam menemukan solusi dari permasalah yang dia temui selain itu dapat digunakan untuk menggali kemampuan/kekuatan yang diimiliki oleh murid kita. Selain kompetensi inti coaching, saya juga belum menguasai untuk menyelaraskan pemahaman supervisi akademik sejatinya adalah untuk membantu rekan sejawat menemukan solusi atas permasalahnnya bukan untuk menilai atau mencari kesalahan dari pembelajaran yang disupervisi. 
Yang akan saya lakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan mempersiapkan pertanyaan sebelum melakuakan proses coaching dan juga dengan terus berlatih untuk memberikan pertanyaan berbobot misalnya saat kita mengajar ataupun saat mengobrol dengan teman sejawat. 
Melakukan sosialisai supervisi akademik dengan menggunakan teknik coaching dan membangun komunikasi dan koordinasi yang baik dengan rekan sejawat, sehingga supervisi tidak menjadi sesuatu yang menakutkan dan melelahkan.
 
Apa hal yang masih membingungkan Anda dari modul ini ? Ceritakan hal-hal apa saja yang membuat hal tersebut membingungkan ?
Yang masih membuat bingung saat pelaksanaan praktik coaching adalah bagaimana cara untuk bisa menenggali potensi dan solusi pada coachee, karena terkadang percakapan saat proses coaching terjadi cukup lama dan panjang, namun coachee tidak kunjung memberikan tanggapan yang sesuai dan tak kunjung menemukan solusi pemecahan masalah padahal kita sebagai coach sudah berusaha sebaik mungkun untuk menuntun coachee agar mampu berpikir ke arah solusi pemecahan masalah sehingga saya akhirnya mengemukakan pendapat saya mengenai solusi dari permasalahan tersebut. 

Sekian jurnal refleksi dwimingguan modul 2.3, semoga tulisan reflektif ini dapat bermanfaat bagi pembaca. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar